Oleh : Valeri Guru (Pranata Humas Dinas Perpustakaan Provinsi NTT)
Kupang, Web – Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, DR. Suyatno menegaskan kaum muda di Indonesia umumnya dan di Provinsi NTT harus berani melakukan terobosan dan merevolusi cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja. Dengan cara ini kaum muda akan meraih kesuksesan di masa mendatang.
Suyatno menegaskan hal tersebut saat tampil sebagai narasumber kegiatan Pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno di aula Kantor Dinas Perpustakaan Provinsi NTT, Jalan Tompello no 1 Kupang, Rabu (25/7/2018).
Menurut Suyatno, prinsip-prinsip nasionalisme antara lain adanya kehendak untuk hidup bersama dan hidup bersatu; adanya kesamaan kesatuan pengalaman dalam kesatuan nasib yang menjadi kesatuan karakter atau watak serta secara geopolitik dalam satu kesatuan wilayah yang jelas dan tegas.
“Sedangkan nilai-nilai nasionalisme antara lain persatuan, patriotisme, kemandirian, religiositas, kemanusiaan, kerakyatan dan anti penjajahan kapitalisme,” jelas Suyatno.
UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, kata Suyatno sejak tahun 2014 hingga tahun 2018 telah menyelenggarakan kegiatan Pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno. “Tahun 2014, kami gelar kegiatan ini di Banyuwangi, Jawa Timur, Magetan, Jawa Timur, Tuban, Jawa Timur, dan Universitas Islam Balitar (UNISBA). Tahun 2015, di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS), Universitas Brawijaya Malang (UB), Perpustakaan Proklamator Bung Hatta (Bukittinggi) dan di Trenggalek. Tahun 2016 kami selenggarakan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Muntok – Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung dan Samarinda, Kalimantan Timur. Lalu tahun 2017 di. Singaraja, Buleleng, Kalimantan utara dan Bengkulu. Sedangkan tahun 2018 ini kami telah laksanakan kegiatan ini di Ende, Flores, Karo, Brastagi, Gorontalo, Papua, Sanggau, Kalimantan Barat sertaKupang, NTT,” ungkap Suyatno.
Dia mengaku, para peserta khususnya kaum muda sangat antusias saat mengikuti kegiatan Pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno yang digelar UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar.
Hidupkan Kembali Makna Budaya
Di tempat yang sama Budayawan/Antropolog NTT, Pater Gregor Neonbasu, SVD, PhD mengatakan, secara antropologis, perlu ada usaha untuk menghidupkan kembali makna dan nilai budaya khususnya di kalangan kaum muda. “Kita perlu revitalisasi, revisitasi, reiuvenasi dan resosialisasi,” tegasnya.
Menurut Pater Gregor, revisitasi yang keliru dan salah selalu berimbas pada kesalah-fahaman untuk memahami eksistensi makna yang terdapat pada sebuah entitas. “Sedangkan revisitasi yang benar dan lengkap merupakan ‘air segar’ yang memberi masukan menarik bagi pengertian untuk mencapai kesepakatan tertentu. Dan revisitasi yang lengkap selalu mengarah pada cinta ‘nilai-nilai terpuji’ serta sikap respek terhadap ‘makna hidup terpandang,” tegasnya.
Sedangkan reiuvenasi sangat tergantung pada seberapa jauh pengetahuan seseorang ketika melakukan proses re-visitasi. “Bisa terjadi salah faham karena telah terjadi ‘salah pengertian’ (unsur-unsur dan butir-butir positif) yang mau diremajakan dalam kehidupan bersama,” katanya dan menambahkan, “Ilmu-ilmu sosial: re-iuvenasi disejajarkan dengan istilah re-sosialisasi. Artinya, ada upaya penuh sadar untuk menyebarkan yang baik dan terpuji.”
Kata kunci, sebut Pater Grefor dalam tahap re-iuvenasi dan re-sosialisasi adalah keasadaran makna mengenai ‘nilai sosial’ akan eksistensi sebuah entitas atau hal yang mau disampaikan kepada publik.
Pada bagian lain, alumnus The Australian National University Canbera Australia menjelaskan, berbagai sektor kehidupan manusia dan masyarakat hanya tumbuh dan berkembang, jika memiliki akar yang kuat tentang rasa nasionalisme. “Pada konteks itu, masyarakat NTT memiliki akar pada budaya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Realitas NTT yang beragam budaya dan agama; budaya kerukunan dalam iklim kebersamaan dan wawasan kebangsaan Indonesia,” ujar Pater Gregor.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi NTT, Ir. Frederik J.W. Tielman, M.Si menjelaskan Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan 1 Juni hingga 21 Juni sebagai Bulan Pancasila. “Karena itu, secara nasional untuk mengenang Hari Lahirnya Pancasila, Pemerintah Provinsi NTT menggelar aneka kegiatan di Kabupaten Ende Flores. Ini telah menjadi agenda tetap untuk membangkitkan rasa nasionalisme Indonesia dan ideologi Bung Karno. Apalagi Bung Karno pernah diasingkan oleh Kolonial Belanda di Ende tahun 1934-1938,” kata Kadis Tielman.
Kadis Tielman juga menyampaikan terima kasih kepada UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar yang telah memilih Kota Kupang untuk menyelenggarakan kegiatan Pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno tahun 2018. (*/valeri guru/pranata humas dinas perpustakaan prov ntt).