Oleh : Valeri Guru (Pranata Humas Dinas Perpustakaan Provinsi NTT)
Kupang, Web – Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi NTT, Ir. Frederik J.W. Tielman, M.Si mengatakan, sejarah panjang bangsa Indonesia telah mencatat bahwa konstribusi yang diberikan kaum muda di setiap persimpangan sejarah sangatlah signiikan. Kaum muda senantiasa hadir pada titik persimpangan sejarah dan memberi arah bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Kadis Tielman saat membuka dengan resmi kegiatan Pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno di aula Kantor Dinas Perpustakaan Provinsi NTT, Jalan Tompello no 1 Kupang, Rabu (25/7/2018).
Acara ini merupakan kerja sama UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, Perpustakaan Nasional RI dengan Dinas Perpustakaan Provinsi NTT yang dihadiri 300 peserta yang berasal dari pelajar, mahasiswa dan undangan lainnya. Tampil sebagai narasumber Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi NTT dengan topik Strategi dan Peran Dinas Perpustakaan Provinsi NTT dalam mencerdaskan bangsa dan membangun nasionalisme Indonesia; Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, DR. Suyatno dengan topik Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno serta Budayawan/Antropolog NTT, P. Grefor Neonbasu, SVD, PhD dengan topik Peran Budayawan dalam Memantapkan Rasa Nasionalisme Indonesia bagi Generasi Muda di NTT; yang dimoderatori Kepala Bidang Pelayanan Informasi dan Kerjsama UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, Drs. Hartono, SS, M.Hum.
Menurut Kadis Tielman, nasionalisme merupakan satu paham atau aliran yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara; dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional.
“Salah satu contoh yang paling nyata adalah peristiwa Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian kita peringati sebagai Sumpah Pemuda merupakan manifestasi tumbuhnya kesadaran nasional dalam perjuangan menghadapi kolonialisme dan imperialisme Belanda waktu ituL langkah para pemuda ini menjadi titik balik dari pola perlawanan sebelumnya yang lebih bersifat local,” jelas Kadis Tielman.
Kaum muda sebut Kadis Tielman, selalu merespons berbagai situasi dan kondisi bangsa ini atas dasar kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial, dan kepedulian politik. “Kaum muda memiliki daya responsivitas yang tinggi dalam menerjemahkan semangat zamannya masing-masing. Namun di sisi lain, terkadang kenyataan memilukan juga mengemuka di setiap panggung sejarah perubahan yakni kaum muda seperti kurang memiliki energi untuk mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk mengisi perubahan tersebut,” katanya dan menambahkan, “Karena itu, momentum kegiatan pemasyarakatan Nasionalisme Indonesia dan Idealisme Bung Karno, merupakan langkah yang tepat dan strategis untuk mengisi spirit nasionalisme Indonesia khususnya bagi kaum muda yang ada di Provinsi NTT.”
Bung Karno dapat Inspirasi
Pada bagian lain Kadis Tielman menjelaskan, sejarah telah mencatat dengan tinta emas, Bung Karno pernah diasingkan oleh Kolonial Belanda di Ende – Flores sejak 14 Januari 1934 hingga 8 Oktober 1938. “Di bawah pohon sukun sambil duduk menatap lautan pulau Ende Bung Karno mendapat inspirasi untuk merumuskan Pancasila yang disebutnya sebagai philosofische grondslag atau dasar filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi,” tutur Kadis Tielman.
Dikatakan, meski diasingkan dari rakyatnya, Bung Karno tetap membaca, menulis dan berdiskusi dengan rakyat serta orang-orang hebat di zamannya. “Spirit inilah yang harus terus menjadi contoh dan teladan bagi kaum muda zaman now. Dengan aneka persoalan yang masih mendera rakyat Indonesia umumnya dan Provinsi NTT pada khususnya seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, perdagangan orang serta sejumlah isu di tingkat global seperti lingkungan hidup, pemanasan global, keamanan pangan, terorisme, intoleran dan lain sebagainya; kaum muda dituntut untuk terus menggelorakan semangat nasionalisme Indonesia dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas diri agar mampu menjadi agen perubahan di tengah persaingan global. Sehingga kaum muda kita dapat diandalkan untuk mengisi kemerdekaan ini,” pintanya
Kadis Tielman juga mengajak semua pihak tidak hanya kaum muda di Provinsi NTT untuk terus menggelorakan dan mengimplementasikan 5 butir nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah berbangsa dan bernegara. Pancasila kata dia, tidak saja sebagai kompas hidup melainkan sesuatu yang mutlak; karena sebagai gagang dan pintu bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Pancasila yang sama adalah kemudi dan pengatur kehidupan yang bermartabat bagi semua warga dan rakyat Indonesia. Pancasila pembentuk sosok wacana yang benar dalam kerangka mengatur hakekat paradigma kehidupan lembaga kebangsaan dan pejabat kebangsaan yang sungguh-sungguh bermartabat,” kata Kadis Tielman. (*/valeri guru/pranata humas dinas perpustakaan prov ntt).