Oleh : Valeri Guru (Pranata Humas Dinas Perpustakaan Provinsi NTT)
Kupang, Web
HARI Ulang Tahun (HUT) ke 38 Perpustakaan Nasional RI yang diperingati tanggal 17 Mei tahun 2018 ini mengangkat tema : “Pustakawan Bergerak Menebar Virus Literasi”. Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Makna gerak dalam pengamatan ilmiah adalah perubahan posisi dari suatu tempat terhadap titik acuan. Pustakawan Bergerak adalah pustakawan yang dinamis, tidak diam, melakukan usaha-usaha, mengadakan aksi dan bergiat dalam bidang kepustakawanan. Gerak Pustakawan ini seirama dengan gerak informasi. Jika informasi berputar-putar di sekitar kehidupan kita seperti tornado, maka pustakawan harus hadir di sana untuk menjaga semuanya tetap teratur, agar masyarakat yang dilayani dapat memahami mana informasi yang terbaik dan berguna bagi mereka, bukan malah mengacaukannya dengan ikut-ikut menebarkan informasi hoax. Pustakawan adalah penjaga presisi informasi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi NTT, Ir. Frederik J.W. Tielman, M.Si saat membaca sambutan tertulis Kepala Perpusnas RI, Drs. Muhammad Syarif Bando, MM, Kamis (17/5/2018) di aula lantai 1 Dinas Perpustakaan NTT Jalan Thompello No 1 Kupang.
Lebih lanjut dijelaskan, pustakawan bergerak memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi pribadi, dimana pustakawan harus selalu bergerak untuk meningkatkan keahlian dan kompetensi yang dimilikinya. Seorang pustakawan tidak hanya berpuas diri dengan ijazah diploma atau sarjananya. Kedua, dimensi sosial, dimana pustakawan harus bergerak bersama masyarakat di sekitarnya, agar masyarakat dapat mengambil manfaat dari sumbangsih keahlian dan kompetensi yang dimiliki. “Pustakawan bergerak seiring dengan dinamika masyarakat yang dilayani kebutuhannya dalam informasi dan bahan perpustakaan. Pustakawan bergerak bersama-sama masyarakat seprofesinya melalui organisasi profesi dan lembaga perpustakaan, terus menghasilkan dampak nyata yang signifikan bagi masyarakat,” pintanya.
Prinsip-prinsip dalam implementasi pustakawan bergerak sebut dia, adalah Pertama, prinsip sinergi, kita percaya bahwa kekuatan bersama melebihi kekuatan masing-masing individu. Gabungan beberapa kekuatan akan memiliki daya lebih besar dibanding sendiri-sendiri. Untuk itu, di dalam gerak pustakawan memerlukan kerjasama dengan profesi dan lembaga lain. Kedua, prinsip keterbukaan, perpustakaan tidak memiliki kemampuan yang sama menyangkut koleksi, jasa, sumber daya pustakawan dan fasilitas lain. Maka, dibutuhkan keterbukaan untuk memastikan setiap kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di masing-masing perpustakaan secara bersama secara terbuka dan berbagi sumberdaya.
Ketiga, prinsip professional. Maknanya pustakawan harus (1) mampu menjangkau beragam komunitas dan kalangan pengguna secara inklusif; (2) mendapat penghargaan atas kemampuannya sesuai tingkat profesionalitasnya, (3) memiliki kode etik yang dapat memberikan jaminan layanan profesional pada pengguna, (4) mampu menunjukkan keunggulan kinerjanya pada kalangan, komunitas dan masyarakat yang dilayani, (6) mampu mempromosikan dan mendukung gagasan pembangunan profesional berkelanjutan untuk semua anggota asosiasi dengan membuat kerangka kerja dan program kesempatan berkarir.
Untuk itu dalam rangka HUT 38 ini, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian serius dari para pustakawan. Pertama, Pustakawan harus mengembalikan makna filosofis Ranganathan ”a library is a growing organism”. Perpustakaan sebagai tempat pustakawan bekerja merupakan organisasi yang selalu mengalami pertumbuhan.
Kedua, Pustakawan memiliki komitmen terhadap institusi perpustakaan dan kode etik pustakawan. Komitmen pustakawan ditempa oleh sikap menyesuaikan diri secara mantap pada sasaran yang akan dicapai oleh institusi perpustakaan – memberikan layanan terbaik bagi pemustaka.
Ketiga, Pustakawan harus mau keluar dari “zona nyaman” dengan memiliki jiwaentrepreneurship. Pustakawan dengan jiwa entrepreneurship akan lebih kreatif dan tahan uji dalam menghadapi tantangan dan persoalan kerja kepustakawanan.
Keempat, Tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Pustakawan harus membuka diri terhadap perubahan yang terjadi di era disruptif ini. Potensi diri pustakawan seperti pengetahuan, keterampilan dan rasa empati harus terus diperbaharui.
Kelima, Pustakawan memiliki kompetensi teruji. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menerapakan standar kinerja yang ditetapkan, demikian pula dengan profesi pustakawan terus memelihara semangat dan standar kerja terus menerus, seperti menempa bilah baja di atas api. (*/valeri guru/pranata humas dinas perpustakaan prov ntt).